Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Prosiding Seminar Informasi Kesehatan Nasional

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KLINIK BERBASIS WEB DI KLINIK MITRA HUSADA NGLIPAR Hendra Rohman; Rizki Adi Prasetyo
Prosiding Seminar Informasi Kesehatan Nasional 2023 : SIKesNas 2023
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Duta Bangsa Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47701/sikenas.vi.2820

Abstract

Klinik Mitra Husada Nglipar belum terdapat sistem informasi manajemen klinik. Proses pelayanan pasien dilakukan manual. Pencarian dan pengelolaan nomor rekam medis menggunakan microsoft excel sehingga membutuhkan waktu lama. Hal tersebut mengakibatkan duplikasi nomor rekam medis. Petugas lupa menyimpan data ketika selesai melakukan input nomor rekam medis baru, sehingga data pasien hilang. Pengembangan sistem yang dirancang menggunakan model system development life cycle (SDLC) air terjun (Waterfall). Hasil sistem informasi yang telah dirancang dapat digunakan untuk melakukan pendaftaran pasien, pencarian data pasien, mencetak KIB, mencetak antrian klinik, input anamnesa pasien, input diagnosis pasien, input pelayanan pasien, input obat pasien, melihat riwayat berobat pasien, proses pelayanan obat, proses pembayaran, mencetak surat keterangan medis, dan membuat laporan klinik. Kesimpulan, sistem informasi manajemen klinik pasien rawat jalan berbasis web di Klinik Mitra Husada dapat membantu pelayanan untuk pasien rawat jalan mulai dari kegiatan pengumpulan data, pengolahan, hingga penyajian data.
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN PNEUMONIA KOMUNITAS DI PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA Ana Dewi Lukita Sari; Hendra Rohman; Yoga Adi Wimasa
Prosiding Seminar Informasi Kesehatan Nasional 2023 : SIKesNas 2023
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Duta Bangsa Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47701/sikenas.vi.2826

Abstract

Pneumonia komunitas adalah peradangan akut parenkim paru pada masyarakat disebabkan mikroorganisme, bukan disebabkan mycobacterium tuberkulosis. Pneumonia penyebab terbesar kematian balita di dunia, tahun 2019 jumlah kematian balita sebanyak 740.180 karena pneumonia. Faktor risiko meliputi malnutrisi, kepadatan penduduk, dan lingkungan. Sistem Informasi Geografis merupakan komputer berbasis sistem memberikan informasi digital dan analisis terhadap objek serta fenomena karakteristik pada lokasi geografis. Tujuan penelitiannya mengetahui proses pengumpulan data balita pneumonia di Puskesmas Mergangsan, trend peta persebaran balita pneumonia tahun 2021 dan menganalisis faktor risikonya berdasarkan curah hujan dan kepadatan penduduk. Jenis penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Instrumen penelitian menggunakan aplikasi quantum GIS 3.16. Sumber data kesehatan balita pneumonia dari poli MTBS kemudian diolah menggunakan SIMPUS. Trend peta persebaran balita pneumonia di Puskesmas Mergangsan tahun 2021 sebanyak 75 dimana laki 38 (50,6%) dan perempuan 37 (49,3%). Tiga dusun tertinggi, yaitu Dipowinatan (13,3%), Prawirotaman (12%) dan Timuran (10,6%) dengan usia < I tahun 24 (32%) dan 1-5 tahun 51 (68%). Luas kapanewon Mergangsan 2,31 km2, jumlah penduduk 32.162, dan kepadatan penduduk 13.923/km2. Penemuan kasus balita pneumonia setiap bulan tidak dipengaruhi faktor curah hujan. Kesimpulannya: Kapanewon Mergangsan mempunyai kasus pneumonia tertinggi dan termasuk wilayah dengan kepadatan tinggi melebihi rata-rata kepadatan penduduk Kota Yogyakarta (11.579/km2).
ANALISIS KELENGKAPAN DAN KETEPATAN KODEFIKASI TERMINOLOGI MEDIS OBSTETRI DI PUSKESMAS JETIS BANTUL YOGYAKARTA Hery Setiyawan; Hendra Rohman; Faizqinthar Bima Nugraha
Prosiding Seminar Informasi Kesehatan Nasional 2023 : SIKesNas 2023
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Duta Bangsa Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47701/sikenas.vi.2830

Abstract

Latar belakang : Kompetensi perekam medis trampil dalam menganalisa terminologi medis, Kodifikasi Penyakit dan Masalah Kesehatan. Serta mampu menetapkan kode penyakit dan tindakan dengan tepat sesuai klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang penyakit dan tindakan medis dalam pelayanan dan manajemen kesehatan. (Kemenkes, 2020). Pentingnya dilakukan analisis ketepatan pengisian kode diagnosis pada dokumen rekam medis karena apabila kode diagnosis tidak tepat atau tidak sesuai dengan ICD-10 maka dapat menyebabkan turunnya mutu pelayanan di rumah sakit serta mempengaruhi data, informasi laporan, dan ketepatan tarif INACBG’s yang pada saat ini digunakan sebagai metode pembayaran untuk pelayanan pasien (Mukhtadi, 2013). Tujuan penelitian untuk Mengidentifikasi kelengkapan dan ketepatan kodefikasi, menganalisa ketidaktepatan dan ketepatan, dampak ketidak tepatan dan ketepatan pada terminologi medis obstetri di Puskesmas Jetis. Metode penelitianya yaitu deskreptif kualitatif Penelitian ini memberikan gambaran tentang pelaksanaan kodefikasi diagnosa pada kasus obstetri berdasarkan ICD-10. Peneliti menghitung prosentase ketidaklengkapan dan ketidaktepatan kode serta mencari faktor permasalahan yang mempengaruhi ketidaklengkapan dan ketidaktepatan kodefikasi. Pelaksanaan pemberian kode diagnosis pasien obstetri di Puskesmas Jetis dilakukan oleh petugas rekam medis. Kegiatan pengkodean dilaksanakan setelah pasien mendapat pelayanan, pemberi pelayanan kesehatan menginput data pasien anamnesis dan diagnosis serta kode di sistem komputer SIMPUS DGS, kemudian pada sistem DGS otomatis akan muncul beberapa diagnosis pilihan. Keakuratan kode diagnosis sesungguhnya merupakan penentuan dan penulisan kode diagnosis yang sesuai dengan standar klasifikasi di dalam ICD- 10. Kode dinyatakan tepat atau akurat apabila mencerminkan kondisi riil pasien dengan segala tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan.. Kesimpulan Kelengkapan kode pada metode persalinan fisiologis maupun patologis secara umum sudah baik (92%), kelengkpan kode kondisi persalinan patologis sudah baik (87%). Ketepatan kode pada persalinan fisiologis (spontan) maupun patologis ketepatannya kurang (37%). Ketepatan kondisi persalinan patologis kurang (32%).
ANALISIS KELENGKAPAN PENGISIAN FORMULIR RAWAT JALAN DI PUSKESMAS X Vidya Widowati; Hendra Rohman; Eddy Kristiyono; Annisa Arsitaningrum
Prosiding Seminar Informasi Kesehatan Nasional 2023 : SIKesNas 2023
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Duta Bangsa Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47701/sikenas.vi.2834

Abstract

Mutu pelayanan didukung oleh kelengkapan pengisian formulir rawat jalan, yang bisa dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Perekam medis dan informasi kesehatan sudah melaksanakan analisis setelah pelayanan, namun masih didapatkan ketidaklengkapan pada formulir rawat jalan. Tujuan: mengetahui hasil analisis kelengkapan pengisian formulir rawat jalan di Puskesmas X. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan sampel subjek menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian dari 95 berkas diketahui kelengkapan identifikasi pada item nomor rekam medis, nama, umur dan alamat 100%, laporan penting pada item anamnesa 100%, pendokumentasian pada pembetulan kesalahan 7%, autentikasi nama terang 74%, kelengkapan dan kekonsistenan diagnosa 100%, informed consent yang sesuai dengan tindakan yang dilakukan 100%, praktek pencatatan pada keterangan waktu 99%. Faktor penyebab ketidaklengkapan pengisian formulir rawat jalan yaitu profesional pemberi asuhan terburu-buru dalam mengisi, belum ada anggaran untuk beralih ke elektronik, belum maksimal sosialisasi standar operasional prosedur. Kesimpulan: rata-rata kelengkapan identifikasi pada formulir rawat jalan sebanyak 79%, laporan penting 98%, pendokumentasian yang benar 7%, autentikasi 73%, kelengkapan dan kekonsistenan diagnosa 100%, informed consent sebanyak 73%, praktek pencatatan 73%. Ketidaklengkapan pengisian formulir rawat jalan disebabkan oleh profesional pemberi asuhan terburu-buru dalam mengisi, belum ada anggaran untuk beralih ke elektronik, belum maksimal sosialisasi standar operasional prosedur.